.
"Apalagi selama ini kita ketahui, kain saruang bugih digunakan kaum laki-laki di Minangkabau sebagai sarung untuk salat. Atau sandang dibahu dalam acara adat dan budaya. Bisa juga dijadikan sebagai tando ke anak laki-laki yang akan berumah tangga," tutur Feymil.
Ia berharap melalui koleksi Saruang Bugih ini, muncul lagi daya minat generasi muda saat ini untuk melestarikan kain wastra Minangkabau.
"Jika dibanding daerah lain di Indonesia, perkembangan tren fashion dengan bahan dasar kain tradisional berkembang pesat. Malah makin dikenal dikancah internasional," ungkapnya.
Tak kalah pentingnya, sebut Feymil, dengan hasil rancangannya ini dapat mengangkat perekonomian UMKM bidang wastra kain tradisional, khususnya kain sarung bugih ini.
"Sekaligus menjadi tuan rumah di negeri sendiri dalam hal dunia fesyen tentunya," harap Feymil.
Komentar