.
Pernyataan itu selaras dengan sikap Kementerian Pertanian yang beberapa waktu lalu menyebut percepatan hilirisasi Gambir sebagai salah satu prioritas nasional, dan bahkan membuka peluang dukungan dari pusat.
Sumbar Cerdas Bertani
Data terbaru menunjukkan lonjakan produksi Gambir di sejumlah wilayah Sumbar pada periode 2024--2025, dengan total produksi mencapai puluhan ribu ton per tahun.
Hal ini memperkuat alasan bahwa hilirisasi tidak bisa lagi hanya menjadi wacana, melainkan kebutuhan mendesak untuk mengamankan nilai tambah di daerah.
Rahmat menyebut program Sumbar Cerdas Bertani yang ia gagas, sebagai upaya menyatukan pendidikan pertanian, pelatihan teknis bagi petani muda, serta pendampingan bisnis sehingga generasi baru petani siap mengelola fasilitas hilir.
"Kita tidak boleh cuma berbangga sebagai pemasok bahan mentah. Pendidikan, teknologi, dan akses pasar harus berjalan beriringan," katanya.
Selain Gambir, Sumbar masih memiliki komoditas unggulan lain seperti jagung, kopi, dan padi.
Semua itu, menurutnya, harus diarahkan pada pola pembangunan yang berkelanjutan.
Ia menekankan, peringatan Hari Tani tidak boleh hanya menjadi seremoni tahunan, melainkan titik awal kebijakan yang berpihak pada petani.
Rahmat menegaskan komitmennya di Komisi IV untuk mendorong alokasi anggaran, peraturan yang mendukung industri hilir, serta skema pembiayaan yang menyatukan pemerintah pusat, daerah, dan pelaku usaha lokal.
"Kita punya komoditas unggulan, tugas kita sekarang memastikan nilai itu dirasakan langsung oleh petani dan masyarakat Sumbar, bukan hanya laporan ekspor," pungkasnya.
Apabila kebijakan, investasi hilir, dan pemberdayaan petani mampu berjalan beriringan, maka Hari Tani Nasional 2025 bisa dikenang sebagai awal transformasi pertanian Sumbar menuju nilai tambah yang lebih besar. (*)


Komentar