.
Sementara itu, Fungsional Diplomat Ahli Madya Pusat Strategi Kebijakan Multilateral BSKLN -- Kementerian Luar Negeri, Freddy M. Panggabean, mengatakan upaya menuju optimalisasi hilirisasi dan ekspor komoditas tentu tidak mudah, terlebih di tengah eskalasi perang dagang dan tren retaliasi dalam ekonomi global. Kendati demikian, tidak mudah bukan berarti tidak mungkin.
"Namun tidak ada yang tidak mungkin, jika seluruh kekuatan bisa bersinergi itulah tujuan dari diskusi ini," ujar Freddy M Panggabean.
Menurutnya, selama 5 tahun terakhir, devisa dari ekspor minyak sawit berkisar antara US$ 22 miliar hingga US$ 39,07 miliar. Meskipun tren ekspor sawit tetap positif, namun produksi minyak sawit relatif stagnan sekitar 51,2 -- 54,8 juta ton. Penurunan ekspor sawit perlu diantisipasi di tengah situasi global yang terus memanas.
"Selain meningkatkan pendapatan daerah, potensi sawit Sumbar diharapkan juga dapat berkontribusi menjaga rantai pasok dan hilirisasi sawit nasional," harapnya.
Informasi mengenai potensi Sumbar saat ini, dikatakannya, sangat dibutuhkan Kemlu dan Perwakilan RI di Luar Negeri. Sebab, itulah yang nanti akan dipresentasikan, dipromosikan pihak Kemenlu kepada mitra luar negeri
"Kita berharap, Pemerintah Daerah dapat segera menyiapkan paket regulasi dan sistem yang tegas dan berpihak kepada kemudahan berusaha. Dengan demikian diharapkan minat para pelaku akan semakin meningkat,"pungkasnya.
Selain Mahyeldi dan Freddy M. Panggabean, tampak sejumlah tokoh nasional menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut. Diantaranya, Dirjen Perbendaharaan Kementerian Keuangan, Astera Primanto Bhakti; Kepala Kanwil DJPb, Syukriah HG; Direktur Kerjasama Intra Kawasan dan Antar Kawasan Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri. (*)


Komentar