Ia mengungkapkan semua pembiayaan ditanggung oleh Industri, yaitu PT Crown Teknologi Indonesia dan akan digunakan secara penuh oleh mereka. "Ini adalah bentuk kerja sama erat antara perguruan tinggi dengan industri," tuturnya.
Ia juga mengungkapkan dua produk riset PDRPI juga sedang diuji coba oleh Kementerian Kesehatan, yaitu skrining tuberkulosis di 8 provinsi/site dan validasi panel infeksi paru (pneumonia) di 3 rumah sakit. TKDN kedua produk otomatis akan meningkat seiring dengan penggunaan protein rekombinan ini. "Panel infeksi paru merupakan kerja sama dengan RSUP Dr M Djamil," ungkapnya.
Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Dr. dr. Dovy Djanas, Sp.OG, K.F.M, MARS, FISQua mengatakan turut bangga dan memberikan apresiasi kepada tim peneliti PDRPI dan mahasiswa S-2 Biomedik FK Unand atas keberhasilan mereka mengembangkan Taq Polimerase dan Reverse Transcriptase ini. "Dua produk ini adalah bukti nyata bahwa peneliti-peneliti kita memiliki potensi luar biasa untuk menghasilkan inovasi yang berdaya saing dan memberikan dampak langsung bagi kesehatan masyarakat," sebutnya.
Ia mengatakan kehadiran dua produk ini adalah langkah awal yang menjanjikan. "Kami berharap produk ini dapat segera diproduksi dalam skala besar dan tersedia di pasar dengan harga yang kompetitif, sehingga berkontribusi pada efisiensi biaya pemeriksaan PCR di Indonesia," harapnya.
Ia menekankan peluncuran Taq Polimerase dan Reverse Transcriptase ini bukan hanya sekadar seremoni,. "Melainkan sebuah deklarasi bahwa Indonesia memiliki kemampuan dan potensi besar untuk bersaing di kancah riset dan produksi bioteknologi global, demi kesehatan dan kemajuan bangsa," tutur Dovy.
Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran Unand Dr.dr.Sukri Rahman, Sp.THT-BKL, Subsp.Onk(K), FACS, FFSTEd menyambut gembira peluncuran dua produk bioteknologi esensial, Taq Polimerase dan Reverse Transkriptase, oleh PDRPI. Peluncuran ini adalah momentum penting bagi perwujudan konsep "kampus berdaya" yang selama ini didengungkan.
"Ini adalah kabar yang membanggakan bagi dunia riset dan pendidikan di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat. Selama ini, kita sangat bergantung pada reagen impor untuk penelitian biologi molekuler, yang seringkali menghambat laju riset kita karena kendala biaya dan ketersediaan," ujarnya.
Ia menekankqm peluncuran ini sebagai cerminan nyata dari semangat "kampus berdaya". "Kampus berdaya bukan hanya tentang menghasilkan lulusan berkualitas, tapi juga bagaimana kampus mampu menciptakan inovasi yang berdampak langsung pada masyarakat dan mendukung kemandirian bangsa. PDRPI, dengan keberanian dan keunggulannya dalam riset bioteknologi, telah menunjukkan bagaimana kolaborasi antara lembaga riset dan talenta lokal bisa menghasilkan produk yang sangat strategis," imbuhnya.
Ia berharap, keberhasilan PDRPI ini dapat menjadi inspirasi bagi fakultas dan pusat studi lain untuk terus berinovasi dan menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa. "Kami di FK Unand siap untuk berkolaborasi lebih lanjut dengan PDRPI dalam pemanfaatan dan pengembangan produk-produk ini. Mari kita jadikan momentum ini untuk semakin memperkuat ekosistem riset dan inovasi di Indonesia, demi kemandirian dan kemajuan ilmu pengetahuan kita," tukasnya. (*next
Komentar