Transformasi Digital Bawa Perubahan Nyata Bagi Pelindo

Metro- 20-09-2023 22:02
Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatera Barat. (Dok : Istimewa)
Pelabuhan Teluk Bayur, Kota Padang, Sumatera Barat. (Dok : Istimewa)

Padang, Arunala.com - Pada 1 Oktober mendatang, genap dua tahun merger PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo.

Merger itu membawa harapan besar bagi masyarakat Indonesia akan terwujudnya suatu entitas pelabuhan di Indonesia yang mampu bersaing di tingkat global.

Sekaligus dapat mengangkat posisi Pelabuhan Indonesia di dunia.

Tantangan besar yang dihadapi setelah merger adalah peningkatan dan standardisasi pelayanan, penataan hub dan spoke kepelabuhan Indonesia.

Tak kalah pentingnya penurunan biaya logistik nasional.

"Pascamerger, Pelindo terus berkomitmen untuk meningkatkan konektivitas dan standardisasi pelayanan pelabuhan untuk mendukung penurunan biaya logistik serta meningkatkan layanan logistik yang terintegrasi yang dapat meningkatkan kontribusi sektoral bagi perekonomian Indonesia," kata Direktur Utama PT Pelindo, Arif Suhartono, dalam keterangan persnya, Sabtu (9/9) lalu.

Sebagai upaya untuk hal tersebut, pengembangan teknologi digital merupakan sesuatu yang wajib dan merupakan fokus utama yang harus diimplementasikan. Sehingga tantangan yang ada dapat terjawab.

Perkembangan digitalisasi di Pelindo mulai dari sisi laut, darat, back officesampai dengan customer.

Ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan dan sebagai bagian dari usaha untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan proses sehingga waktu dan biaya dapat ditekan.

Pengembangan teknologi digital pada sisi laut di antaranya berupa Vessel Management System (VMS) suatu sistem yang mengelola dokumen keluar dan masuk kapal di Pelabuhan Indonesia secara digital.

Sistem VMS ini telah dikembangkan oleh Pelabuhan Indonesia sejak 2016 yang bertujuan untuk mempermudah pengurusan dokumen.

Dari sistem VMS ini telah berhasil memperbaiki sistem pengurusan dokumen sebelumnya menjadi lebih cepat, biaya lebih murah dan lebih transparan.

Sebelumnya, pengurusan dokumen ini bisa memakan waktu tiga sampai dengan empat hari namun dengan adanya sistem VMS ini waktu pengurusan dokumen hanya empat sampai dengan delapan jam saja.

Sedangkan dari sisi biaya, sistem VMS ini dapat menurunkan biaya 20 persen hingga 30 persen untuk pelanggan, sedangkan untuk biaya operasi dari Pelabuhan Indonesia itu sendiri dapat di tekan 40 persen hingga 50 persen.

Selain itu, teknologi VMS ini telah terintegrasi dengan sistem Inaportnet.

Kemudian Marine Operating System (MOS) merupakan aplikasi yang dikembangkan oleh Pelabuhan Indonesia yang bertujuan untuk mengefisiensikan dan mengefektifkan layanan pemanduan dan penundaan kapal.

Didalamnya terdiri dari penjadwalan dan perencanaan kapal yang berbasis waktu sehingga pelayanan menjadi lebih cepat dan tepat sesuai dengan ketersediaan sumber daya dan menyesuaikan kondisi lalu lintas yang ada di pelabuhan.

"Ini mampu menjawab tantangan port stay sehingga waiting time dan biaya kapal dapat ditekan yang pada akhirnya meningkatkan sailing time bagi kapal, jumlah port call meningkat serta kapasitas network meningkat," tutur Arif.Pengembangan teknologi digital pada sisi darat. Di antaranya aplikasi e-Service yang merupakan sistem pelayanan secara elektronik yang tersentralisasi diperuntukkan bagi pelayanan pelanggan di lingkungan Pelindo.

Berguna untuk layanan dokumen dan billing untuk semua kegiatan di pelabuhan yang dapat dilakukan melalui website.

Adapun pelayanan yang diberikan antara lain. 1) registrasi; 2) booking; 3) tracking; 4) payment; 5) billing serta 6) pengaduan pelanggan.

"e-Service ini mampu menjawab tantangan peningkatan layanan dan kolaborasi dengan ekosistem yang ada di pelabuhan sehingga Pelindo dapat bersaing secara global dan dapat berkontribusi menurunkan biaya logistik nasional," tuturnya.

Dengan pengembangan digitalisasi ini, kata Arif, berdampak pada kinerja keuangan perusahaan yang semakin positif.

Pada 2022, Pelindo mencetak laba bersih Rp 3,9 triliun. Laba ini tumbuh 23 persen dibanding tahun sebelumnya.

Kontribusi Pelindo terhadap negara juga naik sebanyak 54 persen dari 2021 sebesar Rp 4,7 triliun menjadi Rp 7,2 triliun pada 2022.

Kontribusi ini melalui setoran dividen, PNBP, konsesi, PPh, PPN dan PBB.

Kinerja keuangan yang mengalami pertumbuhan ini didukung oleh kinerja operasional yang menunjukkan perbaikan.

Arus peti kemas pada 2022 tercatat 17,2 juta TEUS atau meningkat sebesar 1 persen dibanding periode yang sama 2021.

Kemudian, arus barang tercatat 160 juta ton, tumbuh 9 persen dibanding tahun sebelumnya.

Sementara, arus kapal yang keluar masuk pelabuhan mencapai 1,2 miliar GT atau tumbuh 1 persen dibanding tahun sebelumnya.

Di sisi lain, arus penumpang mencapai 15 juta orang atau meningkat 86 persen dibanding tahun sebelumnya.

Di segi kinerja Pelabuhan Indonesia sendiri terekam dalam data United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang dirilis pada bulan September 2022. Indonesia masuk 20 besar dalam port performance.

Indonesia masuk daftar tersebut berdasarkan data dari rata-rata pergerakan kapal kontainer dari 1.000 GT ke atas pada semester pertama tahun 2022.

Indonesia berada di peringkat 12 di atas Italia, Prancis, Yunani, Jerman, Amerika Serikat (AS) Rusia, Australia dan Kanada.

Adapun rata-rata pergerakan di Indonesia mencapai 24,9 hours in port.

Terpisah, General Manager (GM) PT Pelindo Regional 2 Teluk Bayur, Medi Kusmana mengungkapkan, pascamerger semua terintegrasi dan terkontrol secara digitalisasi. Bahkan operasional pelabuhan Teluk Bayur sudah semakin cepat dari aspek bisnis.

"Sebelum merger, waktu dwelling time kapal bisa mencapai 3 hingga 4 hari. Kini paling ekstrem kapal sandar menunggu itu hanya 2 hari. Teluk Bayur sudah berubah. Kepastian bisnis lebih jelas," katanya.

Ditambahkan Deputy General Manajer Komersial PT Pelindo Regional 2 Teluk Bayur, Hendri Adolf, rata-rata kapal bersandar 9 unit setiap hari.

Arus kapal dalam GT hingga Agustus 2023 mencapai 8.099.396 GT. Jumlah ini meningkat dibanding periode yang sama di 2022 yakni 7.691.421 GT.

Secara otomatis, tonase arus barang juga meningkat dari 3.441.631 ton di Agustus 2022, menjadi 3.763.712 ton di Agustus 2023.

Begitu juga arus penumpang mengalami kenaikan dari 59.756 orang menjadi 72.389 orang hingga periode Agustus 2023.

"Arus kapal tercatat 1.723 unit hingga Agustus 2023. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun lalu di periode yang sama, yaitu 1.622 unit," katanya.

Aktivitas peti kemas mengalami kenaikan sebesar 108 persen dibanding tahun 2021.

"Namun, mengalami penurunan sebesar 12 persen dibanding tahun 2022 di periode yang sama. Hal itu terjadi karena tidak adanya kegiatan transhipmet rute JKT-PDG-BKS yang dilakukan oleh PT SPIL," tukasnya. (ril)

Komentar