Transformasi Digital, Mendekatkan Layanan Kesehatan

Metro- 29-10-2023 22:24
Pemeriksaan kesehatan mata melalui layanan telemedicine RSU Hermina Padang. (Dok : Istimewa)
Pemeriksaan kesehatan mata melalui layanan telemedicine RSU Hermina Padang. (Dok : Istimewa)

Padang, Arunala.com -Pelajaran terbesar yang dapat dipetik dari pengalaman pandemi Covid-19 adalah berbagai sendi kehidupan masyarakat terkena dampak secara langsung. Begitu juga dengan rumah sakit.

Cara hidup masyarakat yang berubah dengan lebih waspada terhadap interaksi langsung membuat rumah sakit perlu berbenah dengan melakukan inovasi ketika memberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

Apabila tidak mau berubah dan berinovasi, sebuah rumah sakit tidak akan pernah maju. Jadi sekarang, rumah sakit perlu berbenah diri untuk menjawab tuntutan zaman dan masyarakat yang terus bergerak cepat di era serba digital.

Baca Juga

Oleh karena itulah kenapa rumah sakit perlu melakukan transformasi digital di bidang kesehatan agar pelayanan untuk pasien makin optimal.

Selain hal di atas, dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan RI pun telah ditetapkan bahwa salah satu rencana untuk mencapai tujuan strategis melalui sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Yakni meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat dengan salah satu indikator pencapaian adalah 100 persen rumah sakit menerapkan Rekam Medis Elektronik (RME) terintegrasi pada tahun 2024.

Hal ini mendorong Rumah Sakit Hermina khususnya RSU Hermina Padang untuk menghasilkan berbagai inovasi produk digital agar memudahkan masyarakat mengakses layanan kesehatan. Di antaranya melalui layanan telemedicine dan mesin anjungan pendaftaran mandiri (APM).

"Layanan Telemedicine ini munculnya kala Covid-19 melanda. Dikarenakan saat itu masyarakat enggan datang ke rumah sakit untuk berobat.Pelayanan telemedicine inilah yang kemudian menjadi salah satu inovasi yang dimanfaatkan masyarakat kala itu," kata Direktur RSU Hermina Padangdr Nanik Supriani MARS kepada Arunala.com .

Ia mengatakan perlu dipahami istilah telemedicine sebenarnya sudah jauh lebih dulu ada sebelum pandemi Covid-19 terjadi. Namun saat itu, masyarakat awam dengan layanan tersebut.

"Masyarakat masih ingin bertemu, diperiksa dan mengobrol dengan dokter langsung. Itu namanya pengobatan," ungkapnya.

Telemedicine, kata Nanik, dihadirkan dengan tujuan agar pasien dapat tetap berkonsultasi dengan dokter tanpa harus datang ke rumah sakit.

"Yang penting pasien ini mendapat obat maupun mendapatkan keterangan dari dokter meski tanpa bertemu langsung. Setidaknya dokter dapat mendiagnosa. Dan pasien mendapatkan obat tahap awal," ucap dr Nanik.

Jika pasien belum sembuh, sebut dr Nanik, dokter menyarankan pasien untuk datang langsung ke rumah sakit untuk melakukan pengecekan darah di laboratorium atau pun rontgen.

"Sehingga pengobatan pada pasien pun tidak terputus," tuturnya.

Layanan telemedicine di RSU Hermina Padang, tutur dr Nanik, awalnya melalui aplikasi Halo Hermina. Dikarenakan ada terkendala dalam penggunaannya oleh pasien. Makanya dimanfaatkan melalui video call WhatsApp. "Pemanfaatan media ini disebabkan pasien memiliki WhatsApp di handphone," ucapnya.

Ia menjelaskan untuk mengakses layanan telemedicine caranya sangat mudah. Pasien hanya perlu membuat janji konsultasi melalui kontak PIC khusus telemedicine paling lambat satu hari sebelum appointment. Setelah mendapat jadwal konsultasi, pasien dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis secara virtual.

"Biasanya konsultasi dengan dokter spesialis itu dilakukan sejam sebelum jam atau sejam setelah praktik dokter. Atau menyesuaikan jadwal praktik dokter dengan waktu konsultasi 20 sampai 30 menit. Dikarenakan keasyikan konsultasi dengan dokter bahkan bisa melebihi waktu," ujarnya.

Saat ini, semua dokter spesialis RSU Hermina Padang diberi kesempatan memberikan layanan telemedicine. "Jika butuh tindak lanjut pemeriksaan, biasanya dokter merekomendasikan pasien untuk datang ke rumah sakit," ungkap Nanik.

Di akhir konsultasi, pasien akan mendapat resep obat, keterangan hasil konsultasi dan cara minum obat secara detail serta layanan pengantaran obat. "Untuk pengantaran obat sendiri khusus wilayah Kota Padang, jika jaraknya 0-10 km biasanya bebas biaya pengantaran. Namun jika jarak lebih 10 km biasanya ditanggung pasien dengan memanfaatkan jasa ojek online. Atau keluarga pasien yang menjemput obat ke rumah sakit. Sementara bagi pasien luar kota melalui jasa travel. Kami akan tetap memantau sampai obat yang dikirim sudah sampai ke tangan pasien," paparnya.

Saat Covid-19 mendera, layanan telemedicine ini tren. Seiring pascapandemi, layanan tersebut dimanfaatkan oleh orang-orang tidak sempat untuk datang ke rumah sakit akibat kesibukan pekerjaan. Atau pun dimanfaatkan oleh pasien-pasien di luar kota Padang. "Dari segi pembiayaan dan pengobatan terjangkau bagi pasien. Dan pembayaran melalui transfer ke nomor rekening rumah sakit," ucap Nanik.

Ia berharap telemedicine dapat menjadi solusi alternatif atas masalah pemerataan akses layanan kesehatan, waktu tunggu yang terlalu lama di rumah sakit/fasilitas kesehatan tingkat pertama.

"Bahkan dapat meningkatkan kompetensi serta pendidikan dokter dan tenaga kesehatan lainnya," harapnya.

Tak hanya layanan telemedicine, sebut Nanik, rumah sakit yang berlokasi di Jalan Khatib Sulaiman Lolong Belanti Kecamatan Padang Utara ini juga menghadirkan suatu aplikasi sistem Anjungan Pendaftaran Mandiri atau yang dikenal dengan mesin APM. Sekilas mesin APM ini menyerupai mesin ATM.

Namun pemanfaatannya untuk mendaftar dan mendapatkan SEP (Surat Egibilitas Pasien) tanpa melalui loket pendaftaran.

"Jadi Anjungan Pendaftaran Mandiri (APM) adalah suatu mesin atau sistem pendaftaran yang langsung dilakukan oleh pasien rawat jalan di RSU Hermina Padang yang berbasis web," ungkap Nanik.

Ia menjelaskan jika H-1 sudah mendaftar melalui aplikasi Halo Hermina, pasien tidak perlu lagi menemui front office atau bagian pendaftaran di rumah sakit. Tapi langsung menuju mesin APM.

"Di mesin itu, pasien buka barcode bukti appointment pada aplikasi Halo Hermina. Lalu klik menu register, scan barcode pada kamera mesin. Dilanjutkan validasi data pasien. Jika data sudah benar pilih sudah sesuai. Kemudian pilih print untuk cetak bukti registrasi. Ambil hasil printout dan lapor ke Nurse Station," paparnya.

Di Nurse Station, sebut Nanik, pasien akan melakukan pengukuran tensi. Kemudian ketemu dokter, ambil obat, dan pasien pun pulang.

"Dengan kehadiran dua mesin APM di rumah sakit ini pasien tidak perlu antrean lama. Pasien cukup datang satu jam dokter praktik dimulai. Mesin APM ini pun beroperasional satu jam sebelum dokter praktik sudah dibuka dan ditutup setengah jam dokter praktik selesai. Jadi, pasien datang sesuai jam praktik dokter," sebut Nanik.

Mesin APM ini pun, kata Nanik, sudah terkoneksi dengan BPJS Kesehatan.

"Jika mendaftar lewat aplikasi Halo Harmina, pasien peserta BPJS Kesehatan yang mendaftar melalui mesin APM langsung connect dengan Mobile JKN. Dan pasien pun bisa langsung finger print di mesin APM ini," ucapnya seraya mengatakan pihaknya juga menyiapkan dua petugas yang siap membantu pasien jika terkendala menggunakan mesin APM ini.

Ia menekankan, mesin APM ini dapat benar-benar berfungsi dan akan membantu dalam memperingkas lama waktu tunggu di rumah sakit. Terutama dapat memotong waktu antrean di pendaftaran. "Harapan besar dengan aktifnya mesin APM ini juga dapat meningkatkan kepuasan pasien BPJS Kesehatan karena tidak harus mengantre lama di bagian pendaftaran," harap Nanik.

Harus Memudahkan Masyarakat

Terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ingin agar transformasi digital di bidang kesehatan memudahkan masyarakat tanpa antre lama dan membuat masyarakat tidak nyaman.

Menkes Budi menekankan pelayanan kesehatan harus mudah diakses masyarakat. Dengan demikian antrean masyarakat tidak terlalu lama lagi.

"Saya ingin segala hal yang membuat masyarakat tidak nyaman itu seperti antrean, parkir, dan nanti berikutnya kebersihan segera dibenahi," ujar Menkes Budi dalam keterangan Kemenkes baru-baru ini.

Hal ini sejalan dengan transformasi kesehatan yang dicanangkan olehnya, ada 6 pilar transformasi kesehatan yang diinisiasi, antara lain Transformasi Layanan Primer, Transformasi Layanan Rujukan, Transformasi Sistem Ketahanan Kesehatan, Transformasi Sistem Pembiayaan Kesehatan, Transformasi SDM Kesehatan, dan Transformasi Teknologi Kesehatan.

"Itu adalah 6 kerangka besar yang akan dikejar sampai tahun 2024," kata Menkes ini.

Pembenahan pelayanan antrean di rumah sakit merupakan bentuk transformasi kesehatan di pilar kedua yakni transformasi layanan rujukan.

Pada transformasi ini tidak hanya fokus pada pemenuhan fasilitas dan alat kesehatan untuk mengatasi berbagai penyakit, tetapi juga untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan layanan kesehatan tanpa antre dalam waktu yang lama.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin ingin agar transformasi digital di bidang kesehatan memudahkan masyarakat tanpa antre lama dan membuat masyarakat tidak nyaman.

Ditambahkan Chief of Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Setiaji, Kemenkes telah meluncurkan cetak biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024. Teknologi dalam layanan kesehatan di Indonesia pun akan berubah.

Pada 2024 ditargetkan Indonesia sudah mampu mewujudkan sistem layanan kesehatan berbasis teknologi digital.

Sejumlah tahapan pun telah dirumuskan, antara lain dengan mengembangkan integrasi data kesehatan berbasis individu. Setelah itu, integrasi aplikasi-aplikasi dari seluruh layanan kesehatan juga akan dilakukan secara bertahap.

"Kami menargetkan sampai tahun 2024 mengintegrasikan (data) fasilitas kesehatan, yang berjumlah lebih kurang 60.000 fasilitas layanan kesehatan, mulai dari apotek, laboratorium, rumah sakit, puskesmas, hingga klinik dokter umum. Itu akan kami integrasikan sehingga masyarakat bisa mendapatkan rekam medis pribadi. Pasien pun akan lebih mudah ketika berobat," tuturnya.

Setiaji mengatakan transformasi kesehatan digital yang dibangun Kemenkes diharapkan memberikan layanan kesehatan lebih baik lagi kepada masyarakat sehingga pasien mendapat penanganan lebih cepat dan merata.

Riwayat pengobatan pasien juga dapat dipantau dengan rinci dan runtut meski berobat di rumah sakit berbeda.

Tantangan atas digitalisasi pelayanan kesehatan di rumah sakit berkaitan dengan berbagai hal. Mulai dari sumber daya manusia yang berkualitas, regulasi, standardisasi serta keamanan data. Walaupun demikian, tantangan ini memiliki dampak positif bagi rumah sakit.

Digitalisasi sistem dapat menjadi solusi yang efektif agar rumah sakit dapat menjalankan cara yang lebih efektif dan efisien dari sisi operasional maupun pelayanan.

Sistem digitalisasi pelayanan yang diterapkan di rumah sakit juga dapat meningkatkan kepercayaan bagi masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan.

Analisis data yang semakin tajam dari pencatatan rekam medis dapat menjadi dasar dalam perawatan lanjutan yang tepat bagi pasien.(ril)

Komentar