Jakarta, Arunala.com – Saat ini harga Timah di pasar global alami lonjak hingga mencapai level 32.353 Dollar Amerika per metrik ton. Data ini tercatat di London Metal Exchange (LME) per Minggu, 14 April 2024.
Ada yang menduga, setimen harga Timah global itu akibat kasus Timah yang terjadi di Indonesia, yang mengakibatkan Negara alami kerugian mencapai Rp271 triliun.
Namun apakah dengan kasus ini membuat harga Timah dunia naik? Sebenarnya faktor lain yang menjadikan harga Timah global meroket saat ini.
Dirangkum dari berbagai sumber, Senior Market Intelligence Analyst, International Tin. Asosiasi (ITA), Tom Langston menyebutkan, ada beberapa penyebab yang membuat harga timah menjadi naik saat ini.
“Faktor itu karena ada penundaan ekspor Timah dari Indonesia dan larangan penambangan di Myanmar menjadi biang keladi persoalan ini, ” kata Tom Langston.
Meskipun, kata dia, ada perubahan kebijakan perpajakan baru-baru ini di negara bagian Wa (Myanmar), tambang Timah di wilayah pertambangan Man Maw tetap ditutup.
Sementara ekspor Timah Indonesia kini tertunda karena masih belum ada aktivitas perdagangan di ICDX (Indonesia Commodity Derivatives Exchange) atau JFX (Jakarta Futures Exchange) sejak pergantian tahun.
Sedangkan, Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang dan Pengolahan Pasir Mineral Indonesia (Atomindo) Rudi Syahwani menilai, kenaikan harga timah di pasar dunia murni karena faktor supply dan demand.
Meski begitu, dirinya menyadari dengan adanya kasus Timah di Indonesia bisa bawa pengaruh dalam pedagangan Timah global.
Sebab negara di kawasan seperti Australia dan Myanmar belum memiliki produksi yang signifikan untuk memenuhi permintaan
Rudi menerangkan, data saat ini yang dimiliki Atomindo, ada tiga yang sudah bisa ekspor yakni PT Timah selaku perusahaan negara dan dua lagi MSP dan MSG dari swasta.
Hal sebaliknya, Rudi mengharapkan tiga perusahaan yang dia sebutkan diatas bisa memanfaatkan momentum kenaikan harga itu untuk memproduksi dan mengekspor Timah sebesar-besarnya.
"Dengan begitu, harga Timah dunia yang sedang naik ini bisa saja terkoreksi kapan saja," ujar Rudi. (*)
Komentar