Gubernur Ajak Semua Pihak Bersatu Lindungi Perempuan dan Anak

Metro- 14-05-2025 19:46
Gubernur Sumbar Mahyeldi saat membuka rakor dan peningkatan kapasitas pengurus pusat P2TP2A se Sumbar di Auditorium Gubernuran, Rabu (14/5/2024). IST
Gubernur Sumbar Mahyeldi saat membuka rakor dan peningkatan kapasitas pengurus pusat P2TP2A se Sumbar di Auditorium Gubernuran, Rabu (14/5/2024). IST

Padang, Arunala.com - Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah, membuka secara resmi rapat koordinasi dan peningkatan kapasitas pengurus pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) se Sumbar di Auditorium Gubernuran, Rabu (14/5/2024).

Dalam sambutannya, Mahyeldi menegaskan pentingnya kebersamaan yang harmonis, sinergis, dan terintegrasi dalam upaya pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak.

"Kami sangat menghargai kontribusi semua pihak. Kami juga terbuka menerima masukan dari berbagai instansi dan lembaga demi memperkuat perlindungan bagi perempuan dan anak," ujarnya.

Mahyeldi mengingatkan bahwa pencegahan kekerasan sebaiknya dimulai dari lingkup keluarga.

Menurutnya, komunikasi yang baik dalam rumah tangga, serta penguatan nilai-nilai agama dan budaya lokal, merupakan langkah awal yang efektif.

Ia juga mendorong masyarakat untuk aktif melaporkan setiap kasus kekerasan melalui RT, RW, Satgas, hingga UPTD PPA di tingkat provinsi maupun kabupaten kota.

Rakor ini menghadirkan sejumlah narasumber penting seperti Prof Dr Seto Mulyadi (Kak Seto), Kepala Dinas P2TP2A Sumbar, Ketua P2TP2A Limpapeh Rumah Nan Gadang, serta motivator Hidayatul Taufik.

Para peserta berasal dari dinas dan lembaga layanan perlindungan perempuan dan anak di seluruh kabupaten dan kota di Sumbar.

Menurut Mahyeldi, rakor ini mencerminkan kepedulian bersama terhadap meningkatnya kasus kekerasan perempuan dan anak.

Ia mengingatkan, kekerasan tak hanya meninggalkan luka bagi korban, tapi juga bisa mengancam masa depan generasi penerus bangsa.

"Setiap anak punya hak untuk tumbuh dan berkembang dengan layak. Kita semua punya tanggung jawab besar melindungi mereka dari berbagai bentuk kekerasan yang bisa merusak fisik dan mental mereka," tegasnya.

Data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) menunjukkan tren kekerasan terhadap anak masih tinggi.

Pada 2022 tercatat 617 kasus, naik menjadi 841 kasus pada 2023, dan 721 kasus pada 2024. Jenis kekerasan yang paling banyak dilaporkan adalah fisik, psikis, dan seksual, dengan korban didominasi anak usia 13 hingga 17 tahunnext

Komentar