Redam Hoaks, Diskominfo Jatim Andalkan Prebunking dan Debunking

Metro- 29-05-2024 23:06
Kabid IKP Diskominfo Jatim, Putut Darmawan kepada rombongan JPS di Ruang Argopuro, Diskominfo Jatim di Surabaya, Rabu (29/5/2024). (dok : arunala.com)
Kabid IKP Diskominfo Jatim, Putut Darmawan kepada rombongan JPS di Ruang Argopuro, Diskominfo Jatim di Surabaya, Rabu (29/5/2024). (dok : arunala.com)

Surabaya, Arunala.com - Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Provinsi Jawa Timur (Jatim) punya berbagai inovasi dalam menangkal informasi atau berita hoaks.

Ini diketahui saat sejumlah wartawan tergabung dalam Jaringan Pemred Sumbar (JPS) bersama Biro Adpim Setprov Sumbar dan KPU Sumbar, Rabu (29/5/2024).

"Bagi pihak Dinas Kominfo Jatim, persoalan hoaks mungkin tidak beda jauh dari apa yang dialami pemerintah daerah lainnya. Hanya saja di Jatim, untuk menangkal hoaks itu, Diskominfo luncurkan aplikasi prebunking dan debunking," ungkap Kepala Bidang (Kabid) IKP Diskominfo Jatim, Putut Darmawan kepada rombongan JPS di Ruang Argopuro, Diskominfo Jatim di Surabaya.

Dia menyebut, masa-masa politik baik itu pemilu dan pilkada adalah masa yang rentak untuk penyebaran informasi-informasi yang tidak benar hoaks.

"Menangkal penyebaran hoaks itu, Diskominfo Jatim kemudian melaksanakan literasi digital, yang kami sasar adalah teman-teman mahasiswa kemudian mengajar mereka bagaimana membaca isu demokrasi dengan baik, serta bisa menangkal informasi hoaks," ucap Putut lagi.

Hal lain yang dibuat Diskominfo Jatim, sebut Putut lagi adalah dengan membuat Prebunking dan Debunking melalui situs web yang dinamakan klinik hoaks.

Dia menjelaskan, prebunking ini merupakan langkah dari Diskominfo Jatim bersama para relawan dalam mendeteksi isu yang berkembang yang dilakukan dalam dua cara yaitu melalui narasi sosial dan trending topik yang ada di media sosial (medsos)

"Selain itu, dalam prebunking ada juga langkah menentukan topik dalam menangkal hoaks. Jalannya memastikan memilih topik prioritas yang dapat berdampak langsung pada masyarakat," tutur Putut.

Setelah itu, menentukan audiens dengan mengkategorikan latar belakang, kultur dan media yang sering digunakan.

Selanjutnya menentukan tujuan yang spesifik dan detail sehingga menghasilkan manfaat dan dampak yang diinginkan.

"Baru kemudian mendesain konten yang singkat, padat dan jelas agar masyarakat lebih cepat memahaminya," tukas Putut.

"Ini adalah upaya menangkal informasi dan berita hoaks telah muncul baik itu pada konten palsu, konten menyesatkan, konten tiruan, konten yang salah, konten manipulatif dan konten lainnya yang menimbulkan berita yang tidak benar itu," pungkas Putut.(*)

Komentar