.
Di tengah suasana pagi yang sibuk itu, terdengar suara-suara jujur dari para murid yang mampu membuat siapa pun tersenyum. Dian Dhani Lingga yang berusia tiga belas tahun terlihat memeluk kartu hasil pemeriksaannya seolah itu sertifikat paling berharga.
Ia menceritakan pengalamannya sambil tersipu malu. "Tadi cek tinggi badan... terus gigi juga. Sakit? Nggak kok, cuma geli," ucapnya sambil tersenyum. Dian mengaku jarang ke dokter gigi karena takut, namun pagi itu ketakutannya pelan-pelan luluh karena pendekatan lembut dan ramah dari para tenaga medis.
Tidak jauh dari Dian, tampak M. Hafiz yang berusia delapan tahun sedang berusaha menenangkan dirinya ketika dokter mengarahkan senter kecil ke telinganya. Tangannya menggenggam tangan guru dengan sangat kuat, mencari rasa aman yang ia kenal. Setelah selesai, ia menghela napas lega dan berkata, "Ada lampu masuk telinga, geli... tapi nggak apa-apa." Ucapannya sederhana, tetapi mencerminkan keberanian yang tumbuh di tengah ketegangan yang ia rasakan.
Berbeda dengan keduanya, Fathurrahman yang berusia sembilan belas tahun menjalani pemeriksaan dengan ketenangan yang tidak dimiliki oleh semua murid. Ia menjawab setiap pertanyaan dokter dengan kalimat singkat namun jelas. Setelah diperiksa, ia berkata, "Aku diperiksa mata dan tekanan darah. Mata bagus... tapi gigi ada satu yang bolong," tuturnya dengan nada datar tetapi jujur. Fathur mengaku senang pemeriksaan dilakukan di sekolah karena ia merasa lebih aman dan tidak tertekan seperti saat berada di tempat asing.
Dari cerita-cerita kecil itu, tampak pemeriksaan kesehatan bukan sekadar melihat kondisi fisik, tetapi juga bagaimana anak-anak ini berjuang melawan rasa takut, belajar mengenal alat-alat medis, dan berani menghadapi hal-hal baru. Bagi orang dewasa, ini mungkin hanya pemeriksaan rutin, tetapi bagi mereka, ini adalah pencapaian besar yang menunjukkan perkembangan kemandirian emosional.
Selain pemeriksaan gigi dan telinga, pagi itu tim medis juga melakukan pemeriksaan hemoglobin untuk mendeteksi anemia. Anemia mungkin terdengar seperti masalah kecil, tetapi pada anak berkebutuhan khusus dapat berdampak pada kemampuan mereka berkonsentrasi, belajar, serta berinteraksi. Kadar hemoglobin yang rendah membuat anak lebih cepat lelah, tampak pucat, atau kurang bertenaga, sehingga aktivitas belajar di sekolah pun terganggu. Pemeriksaan sederhana ini menjadi langkah penting untuk mengetahui apakah anak membutuhkan tindak lanjut atau intervensi gizi tertentunext


Komentar