Hindari Kepunahan Bahasa dan Budaya Minangkabau, SatuPena Gelar Diskusi

Metro- 21-11-2025 16:11
Gambar rumah adat Minangkabau. IST
Gambar rumah adat Minangkabau. IST

Padang, Arunala.com - Diskusi kebudayaan yang diadakan DPD SatuPena Sumbar mengungkapkan fakta mengejutkan tentang Bahasa dan budaya Minangkabau.

Diskusi buku yang digelar secara daring pada Kamis (20/11/2025) itu menghadirkan beberapa tokoh budaya, akademisi serta guru muatan lokal Minangkabau.

Diskusi tersebut membahas buku Palajaran Muatan Lokal Kaminangkabauan karya Fredrik Tirtosuryo Esoputro Sutan Mantari.

Dalam diskusi itu, terungkap kekhawatir peserta diskusi tentang keberlangsungan penutur bahasa Minang.

Pasalnya, seiring minimnya penggunaan bahasa Minang di keluarga maupun lingkungan pendidikan.

Kegelisahan terhadap kondisi bahasa Minang saat ini dikemukakan Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumbar, Fauzi Bahar Datuk Nan Sati dalam diskusi itu.

Ia menilai, banyak kosakata telah hilang dari penggunaan harian masyarakat, terutama di kalangan anak muda.

"Dalam dua dekade ke depan, bahasa Minang akan semakin terdesak bila tidak segera diajarkan melalui jalur pendidikan formal maupun keluarga," katanya.

Jadi, Fauzi Bahar mengapresiasi langkah penulis yang berupaya memperkuat muatan lokal Minangkabau melalui buku pembelajaran.

Ia menjelaskan, dua langkah strategis dalam menjaga keberlanjutan bahasa Minang. Pertama, melalui sekolah lewat kurikulum dan lomba bahasa Minang.

Kedua melalui keluarga dengan menjadikan bahasa Minang sebagai bahasa ibu dalam komunikasi sehari-hari.

Peneliti BRIN, Zusneli Zubir serta Akademisi Budaya Alam Minangkabau (BAM), Fauriza turut memberikan masukan atas isi buku tersebut.

Mereka menilai perlu adanya penambahan materi, seperti informasi mengenai pakaian tradisional serta nama obatan tradisional yang kini jarang diketahui generasi muda.

Ketua DPD SatuPena Sumbar, Sastri Bakry mengatakan, buku yang ditulis dalam bahasa Minang itu memiliki nilai penting karena semakin jarang ditemui karya serupa.

Menurutnya, karya semacam ini bisa menjadi pemantik untuk memperluas pelestarian bahasa dan budaya Minangkabau melalui literasi.

Ia menambahkan, SatuPena Sumbar secara rutin mengadakan diskusi dan peluncuran buku anggota sebagai upaya menjaga tradisi menulis serta memperkuat warisan intelektual. (cpt)

Komentar