>
Tapi, tuturnya, tidak bisa menyerahkan semuanya kepada artificial intelligence. Karena artificial intelligence tidak memiliki feeling, tidak memahami konteks dan tidak memiliki rasa.
”Kita sebagai manusia memahami itu semuanya. Jadi selamanya teknologi itu akan menjadi tools. Dia tidak akan pernah menggantikan manusia," tegasnya.
Ia juga mengatakan penggunaan chatbot pintar ini sedikit banyak bisa digunakan membantu mahasiswa dalam menyusun penulisan karya ilmiah seperti makalah, skripsi hingga tesis. Namun begitu, penggunaan data dari robot percakapan ini berpotensi melahirkan plagiarisme dan melanggar etika akademik.
"Kami akan antisipasi dengan berbagai cara. Misalkan setiap tugas atau pun penelitian itu akan dilakukan cek terhadap indikasi dengan instrumen yang ada. Kita sudah melatih mahasiswa dan dosen untuk tetap menjunjung tinggi etika akademik," ungkapnya.next
Komentar