.
Sebagai tindak lanjut, Vasko, telah menginstruksikan Dinas Pendidikan untuk merevitalisasi tradisi silat Minangkabau dan mengintegrasikannya sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib di sekolah menengah atas dan sederajat.
Langkah ini diambil sebagai antisipasi terhadap degradasi budaya yang berpotensi mengikis identitas dan kebanggaan generasi muda terhadap warisan leluhur.
Revitalisasi Identitas Budaya di Ruang Publik Inisiatif pelestarian budaya juga merambah ruang-ruang publik strategis, termasuk Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
Vasko memerintahkan agar pengumuman di bandara disampaikan dalam tiga bahasa: Indonesia, Inggris, dan Minang.
Selain itu, ia menginstruksikan petugas bandara untuk mengenakan elemen busana tradisional seperti deta (penutup kepala tradisional) sebagai representasi visual kebudayaan Minangkabau.
"Dengan langkah-langkah ini, kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa Minangkabau memiliki identitas budaya yang kuat dan harus dihargai," tegas Vasko.
Komitmen serupa tercermin dalam desain rumah dinasnya yang mengadopsi arsitektur khas Minangkabau, terutama atap gonjong yang ikonik.
"Rumah dinas saya sudah ada gonjongnya karena ini adalah identitas kita. Kita harus bangga dengan khas budaya kita. Jika rumah dinas Wakil Gubernur saja tidak ada simbol-simbol Minangkabau, bagaimana orang bisa melihat kita?" tandasnya.
Melalui serangkaian kebijakan strategis ini, Vasko bertekad memperkokoh posisi Sumbar sebagai episentrum peradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius dan kearifan lokal Minangkabau. (*)
Komentar